tag:

02 April 2008

GET MARRIED

ditulis pada tanggal 23 Desember 2007

Judul:
Get Married
 
Sutradara: 
Hanung Bramantyo

Skenario: 
Musfar Yasin

Pemeran: 
Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Aming, Desta, Jaja Miharja, Meriam Bellina

Plot:
Tersebutlah 4 sekawan anak muda frustrasi dari golongan sederhana yang tinggal di area sederhana yang terjepit dan dikepung hutan beton Jakarta. Frustrasi?! Iya! Ada polwan gagal, pelaut gagal sampe santri gagal! Tapi dunia mereka seakan hanya milik mereka berempat yang berlalu dengan pelan seiring mereka habiskan di pinggir kali sambil main kartu. Nah dunia mereka terganggu waktu si polwan gagal diminta untuk segera kawin oleh orang tuanya.

Note:
Tertarik dengan film ini karena ada promosi dari temen gue yang juga ikutan main di film ini meskipun jadi supporting actor aja. Selain promosi dari dia, gue juga ngeliat ‘susunan pemain dan pelatih’ (emangnye club sepak bola :D) yang ada di film ini. Karena genre-nya komedi, nama Hanung Bramantyo dan Ringgo Agus Rahman cukup menjadi jaminan dan dorongan buat gue nonton film ini. Kolaborasi mereka di film Jomblo, jelas bikin gue pingin liat kolaborasi mereka di film komedi lainnya.
Kebeneran juga film ini banyak diputer di 21, lumayan pas weekend bisa nonton dengan pay one for two pake credit card. Maka gue ajak lah nonton serumah. Rame-rame.
Eh di 21 emang rame bener. Lumayan seru lah buat film Indonesia.
Untuk film komedi terbuktilah bahwa Hanung memang cukup mumpuni untuk mengolahnya jadi hidup dan lucu. Kalo diliat ceritanya sih sebenernya lebih ke drama yang cukup membumi. Cerita tentang mimpi sederhana dari orang sederhana yang hidup di tengah-tengah Jakarta yang banyak permintaan dan tekanan. Orang sederhana yang punya cita-cita dan cuma sampai cita-cita tanpa pernah ada kesempatan dan dukungan untuk mencapainya. Sementara orang lain yang lebih beruntung dan berkecukupan malah ngga punya cita-cita dan ngga tau mau gimana dengan hidupnya.
Orang sederhana dengan kehidupan sederhana tapi cukup ‘tertekan’ dengan permintaan ‘sederhana’ dari orang tua: lekas kawin!!!
Mungkin kalo di iklan rokok sih bisa bilang: kapan-kapan! Tapi di kehidupan nyata, permintaan orang tua akan hal yang satu ini bisa bener-bener bikin tertekan dan depresi. Dalam film ini, pemenuhan permintaan orang tua digambarkan dengan penuh liku-liku dan dibalut dengan kelucuan-kelucuan. Permintaan sederhana yang pemenuhannya ngga sesederhana sebagaimana memintanya.
Yang menarik, bagi orang yang dibilang sulit mencari jodoh ternyata sama sulitnya untuk menentukan pilihan untuk pernikahan dengan orang yang dibilang gampang memilih jodohnya.
Buat orang tua mungkin bisa jadi ‘pelajaran’ supaya ngga terlalu gampang untuk minta anaknya lekas kawin. Permintaan yang katanya sederhana ternyata jauh dari sederhana dalam pemenuhannya. Itulah kehidupan.
Film ini memperjelas pemikiran gue soal kehidupan. Sejak lama gue ‘menggugat’ kehidupan yang menerapkan ‘tingkatan’ (lahir – tumbuh – sekolah – lulus sekolah – kerja – nikah – punya keturunan – pensiun – mati). ‘Tingkatan’ semacam itu buat gue cuma sebagai bagian dari kehidupan masing-masing individu. Dan ‘tingkatan’ itu bisa ‘dicapai’ dengan tidak berurutan (kecuali lahir dan mati tentunya). Rasanya ngga adil kalo ‘tingkatan’ semacam itu harus berlaku bagi semua individu. Buat mereka yang beruntung lahir-bathin mungkin bisa saja terpenuhi semuanya secara ‘tepat waktu’. Tapi apakah pernah terbayangkan bagi mereka yang kurang beruntung (dalam film ini diwakili oleh 4 sekawan tersebut).
Cerita dan visualisasi film ini tergolong ringan, tapi pesan yang gue dapet cukup mendalam.
Hanung cukup cerdik dalam meramu film ini. Bahasa visual yang cukup menggigit dengan kejutan-kejutan komedi yang cukup mengena. Dialog dari skenario oleh Musfar Yasin kadang masih tetep terdengar ‘berat’ untuk besutan Hanung. Maklumlah, Musfar terbiasa bikin skenario film berpesan religius seperti Kiamat Sudah Dekat, Ketika dan film religius-nasionalis Nagabonar Jadi 2. Dan andai saja skenario Get Married ‘jatuh’ ke tangan Deddy Mizwar, kita bakalan nonton Get Married ala Nagabonar Jadi 2. Bukan hal yang jelek, tapi mungkin kita ngga pernah punya film Indonesia yang ‘kejar-kejaran’ jadi box office meskipun dalam kurun waktu tayang yang berbeda.
Khusus untuk Hanung Bramantyo, kalo boleh gue usul supaya dia dapet kesempatan bikin film aksi. Gue suka banget dengan adegan tawuran di ujung film ini. Berantemnya terlihat nyata dan wajar, ngga terjebak jadi adegan film kungfu. Meskipun pihak penyerang terlalu berani bawa kendaraan mewah dalam penyerangan ke daerah kumuh, apalagi untuk tawuran. Visualisasi persiapan tawurannya cukup keren, karena ternyata golongan berada tetep bisa jadi primitif kalo emosinil.
Tapi sudahlah, celah-celah yang terjadi bisa ditutupi denga baik. Lagipula niat film ini untuk hiburan. Kalo hanya ingin terhibur sih ngga perlu mikir dalam-dalam. Gue aja ya yang mikir dalam-dalam :D
Tapi dari keseluruhan film ini, gue jadi kangen dengan Jomblo.

PS:
Temen gue yang jadi supporting actor di film ini, gembar gembor kalo dia ada satu adegan bareng Ringgo Agus. Emang karena itu juga, dia sempet berbaik hati mintain tanda tangan Ringgo Agus di VCD Jomblo koleksi adik gue. Sepanjang film Get Married gue tungguin mana adegan dia bareng Ringgo Agus. Eh ternyata di ujung film ada tuh adegan dia bareng Ringgo Agus tapi tanpa dialog! Yang ada mereka berdua lagi saling tutup-tutupan mulut! :D
Kalo diitung-itung temen gue ini di tiap filmnya selalu aja adegan aksi. Yang pertama di Janji Joni jadi figuran di persimpangan jalan disambitin ceweknya, trus di Jakarta Undercover bantuin Lukman Sardi nguber-nguber Luna Maya. Yang terakhir ikutan tawuran di film Get Married ini. Tapi temen gue janji di film berikutnya bakal ngga aksi lagi, malah main film horror yang beneran horror. Bukan horror aksi. Kita tunggu aja.

No comments: