tag:

04 April 2008

Ode untuk Mereka yang Menderita

ditulis pada tanggal 25 Desember 2007

Saya kira tiap hari kita selalu mendengar bahkan bertemu dengan mereka yang menderita dengan berbagai macam penderitaannya. Dari yang ‘kasat mata’ sampai yang secara kasat mata rasanya tidak mungkin mereka itu termasuk golongan yang menderita. Ada pula yang menurut pandangan umum semestinya mereka menderita, tetapi senyum masih mengulas di wajah mereka.

Saya selalu belajar dan berusaha untuk memandang hidup ini dengan positif dan penuh pilihan. Oleh karena itu bagi mereka yang menderita saya tidak percaya bahwa mereka memang tidak punya pilihan lain selain menjalani penderitaannya. Kalau saja dilihat dari sisi positifnya, menurut saya bagi mereka yang menderita masih punya pilihan untuk tetap menjalani penderitaannya dengan harapan bahwa penderitaan ini akan membawa mereka menjadi lebih baik, dari pada mereka hanya mengeluhkan penderitaannya tanpa ada pencerahan di sana.

Pandangan positif ini mudah-mudahan tidak menjadikan saya sinis kepada mereka yang masih mengeluh dan mengeluh. Saya cukup sadar bahwa Surga memang mahal, memerlukan seluruh kehidupan individu untuk menggapainya.

Namun saya masih belum bisa mengendalikan emosi apabila melihat masih banyak dari mereka yang harus semakin menderita. Entah mengapa mereka ini harus semakin menderita. Mereka ini tidak tersembunyi, terlihat jelas di sekeliling kita. Dan saya kira mereka sudah tidak perlu lagi menyatakan permintaan pertolongan mereka karena secara jelas mereka memang menderita. Keluhan mereka pun mungkin sudah habis.

Saya menjadi semakin emosional karena seringkali saya juga dalam keadaan tidak mampu berbuat banyak bagi mereka. Seringkali saya cuma bisa berandai-andai apabila pertolongan dapat datang lebih cepat untuk mereka. Dengan melihat kondisi mereka ini, saya jadi limbung dan muncul pikiran apakah mereka ini tidak punya pilihan? Apakah mereka tidak diberikan pilihan lain selain menderita dan semakin menderita? Terlihat keadaan tidak berpihak kepada mereka. Mereka yang remeh menjadi semakin remeh dari pada remah roti yang masih dicari burung. Pandangan positif saya nyaris menjadi blur. Saya tidak melihat pilihan positif dalam penderitaan mereka. Saya mulai mencari-cari kesalahan pihak lain. Saya hampir menjadi penghujat.

Emosi masih dapat saya redam dan kendalikan secara bertahap pelan. Namun masih ada pertanyaan yang terus mengusik saya; apakah memang mereka pantas untuk terus semakin menderita?

Mungkin saya yang memang masih terlalu bodoh sehingga belum mampu menemukan jawabnya.

No comments: